Breaking News

Cari tambahan uang jajan yuk..

Ini adalah ciriku, maka kenalilah aku

Seorang ahli psikolog sosial telah memberikan inspirasi pada saya, bahwa; di suatu perusahan multi nasional ada seorang direksi yang mengingat nama 1000 orang karyawannya tanpa pernah salah menyebut nama saat menyapa orang demi orang. LUAR BIASA!!!
Bagaimana bisa?
Ya, karyawannya telah bekerja rata-rata lebih setahun. Dan direksi tersebut setiap hari selalu mengambil kesempatan untuk berdialog walau sedikit dengan semua karyawannya secara bergantian. Lalu kekhasan dari setiap orang yang ditemuinya itulah menjadi kunci pengingat.

Mari kita bayangkan, jika dihadapan kita ada 20 ekor kelinci semuanya sama besar dan berbulu putih. Akankah kita mengenali satu persatu?  Namun jika diantara 20 tersebut ada 1 yang berbintik hitam di badan, 1 yang berbintik hitam di kuping, maka dengan mudah kita mengenali yang 2 tersebut.

Adinda mahasiswa saya yang LUAR BIASA semua, Saya paham jika kalian semua memiliki rasa tidak nyaman jika saya dengan fasih menyebut beberapa nama tanpa melihat wajahnya saat memanggil absen, karena saya kenal betul nama tersebut ada diantara 60 orang atau 120 orang yang hadir. Sesungguhnya pun saya sangat ingin mengenali nama adinda masing-masing. Tapi hal tersebut tidak bisa hanya dengan usaha saya sendiri. Diantara interaksi kita yang terbatas, akan sulit buat saya mengenali dan mengingat nama adinda.
sepertinya akan menarik jika adinda melihat uraian tentang teori kognitif, bagaimana cara kerja otak, cara mengingat, membangun persepsi dan seterusnya. Karena sesungguhnya semua itu bagian dari proses belajar yang akan terus berlangsung seumur hidup kita.
Adinda sekilian, masih cukup waktu untuk saya bisa mengenal adinda semua diperjalanan sekitar 6 semeter lagi :) Semoga kekecewaan sebagian adinda yang tidak cukup saya kenal, mampu menunjukkan kekhasannya, sehingga ada kunci pengingatnya. Bukankah setiap orang berbeda dan unik? Maka setiap orang pantas untuk dihargai..
Psikologi pendidikan berperan menstimuli hal tersebut, setidaknya beranilah mengutarakan pendapat sebab itu salah satu pertanda kita eksis.(di, 19;56, 27.5.2011)

Read more ...

Dedikasi saja tak cukup

Saya masih mencoba menata pikiran dan hati sesaat, diantara tak hentinya berderet tanggungjawab yang belum juga tuntas diselesaikan. Janji adalah hutang, begitulah setiap saat kita diingatkan untuk belajar berkomitmen. Apalagi ketika berdedikasi sebagai pendidik, komitmen, komitmen dan komitmen.

Sejak hari Rabu, Kamis dan hari ini Jumat ada setumpuk kertas yang jumlahnya berkisar 100 lembar lebih hasil evaluasi adinda-adinda mahasiswa saya. Harus diambilkan waktunya untuk membaca seluruhnya. Ya hari ini harus, harus dan harus.... Mulai dari lembar pertama hingga lembar terakhirnya jumlah pastinya111 lembar, dan waktu yang saya lewatkan untuk menyelesaikan membaca itu semua hampir tepat 60 menit. Lembar evaluasi mata kuliah psikologi pendidikan sehubungan dengan kekurangan, kelebihan kesan serta saran dan kritik.

Saya masih mencoba menata ulang pikiran dan hati ini. Bukan karena 60 menit tersebut. Namun sejumlah tulisan yang dibuat dengan ekspresif dan bebas, karena identitas mereka tak harus dicantumkan, membuat saya tertegun. Saya masih harus berproses menjadi pendidik, pendidik yang berdedikasi.
mereka membutuhkan bimbingan, arahan, dan umpan balik.
Diantara waktu 24 jam sehari dalam 7 hari seminggu, 30 - 31 hari sebulan; dedikasi saya untuk mereka masih jauh dari seharusnya. Ketika waktu saya harus berbagi untuk kesehatan saya, tanggungjawab saya pada pekerjaan, menjalankan amanah sebagai orang tua dari anak-anak saya, membangun rumah tangga dan berbakti pada orang tua.

mereka mengharapkan setiap tugas yang diberikan akan mendapat umpan balik. Sehingga mereka memahami kekurangan mereka dan dapat meperbaikinya. Mereka berharap saya mampu menyajikan semua materi dengan maksimal sesuai dengan buku rujukan yang diberikan kepada mereka. Mereka berharap saya dapat selalu bijaksana mengendalikan mereka saat dalam pertemuan di kelas.

Ya, saya memang berterus terang, tidak mampu memenuhi harapan untuk memberikan umpan balik pada semua kinerja mereka masing-masing orang per orang. Sesungguhnya saya ingin memberikan semua hal tersebut. Faktanya matematika dan menejemen waktu yang terberi, tak kunjung dapat menjawabnya.

Dikesepakantan awal, mustinya kami memiliki komitmen kerja sama tim yang baik. Mereka membaca, lalu jika ada yang tidak dipahami maka saya akan membatu menjelaskan. Jika sekali dua kali saya berdamai, namun jika diteruskan 'perdamaian' tersebut, faktanya saya bukan menjadi pendidik yang baik. Saya justru tidak memberikan proses belajar pada mereka.
Tapi mungkin mereka belum menyadari hingga tahap tersebut, sehingga kekecewaan mereka bahwa terkesan buku yang ada sia-sia saja sesungguhnya lebih membuat saya bertanya kembali, sesungguhnya telah berdedikasikah saya? Ketika peserta didik saya tidak memahami bagaimana menggunakan buku yang ada ditangannya.

Saat ini, masih ada janji atas hak mereka yang belum dapat saya penuhi. Saya menyadari kegelisahan mereka menanti pemetaan nilai mereka. Ya saya memang berjanji. Diantara dedikasi yang masih terpatri kuat dijiwa saya, saya juga ingin adinda-adinda saya memahami, jika segala yang terberi tak selama merupakan pilihan yang menyenangkan.
Saya masih menyimpan harapan mereka akan tumbuh kembang dan menjadi dewasa, dan memahami nilai suatu dedikasi.
Bahwa dedikasi bukan sebatas logika dan analitis, namun sesuatu yang kompleks ketika intuisi dan naluri menyatu mewujudkan suatu kinerja.

Semoga adinda semua bersabar. Berbuatlah yang terbaik. Psikologi Pendidikan terlalu luas jika hanya mengandalkan barisan kalimat dalam buku teks. Namun ada hal yang terlalu hakiki untuk dapat disyukuri jika segalanya menjadi pengalaman yang tak terbayar.(di, 19;24, 27.5.2011)
Read more ...
Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog